-->

GEODESI ITU APA SIH?



Ternyata setelah saya masuk di jurusan ini dan belajar mengenai geodesi, saya baru nyadar ternyata ada beberapa alasan kenapa orang nggak mau milih jurusan ini adalah karna hal-hal berikut :

  1. Geodesi itu sulit, penuh rumus, penuh dengan matematika terapan
  2. Koruptor tidak bisa masuk Geodesi, sedikitpun data tidak boleh dimanipulasi :P
  3. Saingannya terlalu sedikit (alasan no.1)
  4. Lulusannya belum terlalu banyak, di Indonesia hanya ada di: ITB, UNDIP, UGM, ITS, ITENAS Bandung, ITN Malang, ITERA Lampung, ITP Padang, kemudian
  5. Bidang kerjaannya terlalu banyak
  6. Peluang kerjanya terlalu banyak
  7. Proyeknya terlalu banyak…
  8. Gajinya kegedean…
  9. Geodet itu harus menyukai komputer dan mampu bekerja dilapangan

dengan inovasi ilmu dan teknologi yang dipelajari serta kemampuan dan keterampilan mengambil, mengolah, menganalisis, dan menyajikan data keruangan, saat ini jurusan geodesi siap merambah daratan, lautan, dan udara sekaligus. Gilaa ga tuh.

Oh iya, .disalah satu headline majalah terkemuka di dunia dinyatakan bahwa Geodesi dan geomatika AKAN MENJADI 10 PROFRESI PALING TOP DI DUNIA DALAM 10 TAHUN KE DEPAN. 


Geodesi “Tersesat Di Jalan Yang Benar”


“Lo kuliah di Jurusan apa frez?” tanya temen gua.
“Teknik Geodesi dan Geomatika cuy.”
“Hhaa..?? Apa itu??” tanya temen gua heran.


Mungkin itulah ekspresi orang pertama kali mendengar Geodesi.
Kkenapa pilih jurusan itu. Gimana prospek kerjanyalah.
Padahal kalo mereka tau bagaimana prospek kerja geodesi, mungkin banyak yang pilih jurusan ini ketikaSNMPTN.hehe


Waktu itu, di Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB, terdiri dari 4 jurusan, yaitu T.Sipil, T.Lingkungan, T. Kelautan, dan T.Geodesi.
Jujur, pada saat penentuan jurusan di akhir Semester 2 di ITB, pilihan gua cuman satu, yaitu Teknik SIPIL ITB.
Pokonya TEKNIK SIPIL WAE LAH. Sampai pada pengisian kuisioner pilihan jurusan terakhir pun, gua tetep contreng SIPIL di pilihan 1, dan Geodesi pilihan ke 4.
habis gua nggak tau sih T.Geodesi itu kayak apa. Prospek kerja nya gimana. Bisa hidup nggak gua kalo kuliah di jurusan itu.hahaha


Akhirnya waktu pengumuman tiba, ternyata gua masuk Geodesi cuy. dari 4 pilihan, gua masuk pilihan ke-4. Yailah nggak dapet SIpil, IP aja ngirit pelit. hahahaha


Namun, setelah gua kuliah di Geodesi dan mengetahui prospek kerja Geodesi yang LUUUUUUUUUUUAAAASSSSSSSSSSS banget itu.
Dengan bangga gua bisa bilang “UNTUNG SAJA GUA TERSESAT DI JALAN BENAR”. Hahahahahha


Gimana engga, nggak ada Geodesi, nggak ada yang namanya Jalan raya, jalan tol, jalan-jalanan, bandara, pelabuhan, rig, pertambangan, pipa bawah laut, kabel bawah laut, navigasi laut, jembatan, maupun yang lainnya.
Belum lagi setelah mengetahui kiprah senior2 gua di “kehidupan yang sebenarnya“, gua makin yakin untuk kuliah di Geodesi.( Yakin doang, kuliahnya tetep maen tapi). hahahahaha…


Yang bingung mau pilih jurusan apa pas SNMPTN, pilih Geodesi aja. Kampus yang punya Geodesi dikit, tapi lapangan kerjanya Banyaaaaaaakkk!!!! HAHAHAHAHAHA





geodesi = asal-asalan???? #salah


dulu gua pernah baca di blog orang kalo geodesi dan geomatika adalah jurusan asal-asalan yang ga berprospek.


buktinya jaman sekarang ga ada lapangan kerja yang ga pake lulusan dari jurusan tersebut. sayang tulisan saya sebelumnya cuma dibeberkan mengenai kartografi dan pengindraan jauh. itupun cuma 1 kalimat. padahal semua prospek yang ada di atas terutama mengenai perminyakan dan pertambangan, harus ditangani oleh lulusan geodesi dan geomatika. walaupun mungkin hanya pada tahapan pra-proyeknya.



Di Balik “Ketidakpopuleran” Geodesi Saat Peta Menjadi Primadona (Opini)



Peta. Tidak ada yang merasa asing dengan kata itu. Namun ketika Anda berasal dari jurusan Teknik Geodesi dan tiba-tiba seseorang menanyakan di mana Anda belajar, bisa dipastikan dahi orang itu akan berkerut sejenak mendengar jawaban Anda. “Geodesi? Apa itu? Apa bedanya dengan Geologi? Mau kerja di mana setelah lulus nanti?”. Anda yang pernah mengalami hal ini saya yakin sedang tersenyum kecut mengingat apa yang sudah terjadi.


Ironis memang. Di saat Android sudah begitu akrab dengan Google Map, model 3D yang kian rajin menghiasi tampilan Google Earth, hingga muncul aplikasi navigasi di kendaraan yang mampu menghafal rute terbaik yang seharusnya Anda lewati, Geodesi masih saja tidak populer. Kalau dibilang salah siapa, tak ada yang perlu disalahkan. Tapi bisa jadi memang ada yang salah dengan pola pikir orang Geodesi itu sendiri. Jika iya, maka saya pun berkontribusi di dalam “tenggelamnya” ilmu Geodesi itu, entah sekarang atau nanti.


Mungkin ada baiknya sedikit “memperbaiki” pola pikir kita dalam memahami sebuah situasi. Insting spasial kita harus sedikit ditingkatkan agar kita berbeda dari orang lain ketika melihat peta. Karena dalam kehidupan sehari-hari, berbagai peristiwa bisa dilihat dari sudut pandang spasial. Bagaimana tidak, di tahun 2012 ini siapa yang tidak butuh peta? Bahkan nenek-nenek miskin pun akan membutuhkan peta minimal untuk sertifikat hak atas tanahnya.


Susah? Mungkin, tapi bisa juga tidak. Hanya merubah pola pikir, tidak lebih dari itu. Dimulai dari sana, mungkin nantinya insting spasial kita akan meningkat tajam, yang pada akhirnya akan mampu menyelesaikan problematika bangsa ini dengan bidang keilmuan kita. Contoh-contoh di bawah ini bisa dijadikan rujukan. Tapi jangan anggap saya sudah bisa melakukannya, karena saya pun masih belajar melatih insting spasial itu hingga ke tahap ekstrem.


1. Peka saat BMKG menyampaikan berita gempa bumi dan tsunami
Saat terjadi bencana alam khususnya gempa bumi atau tsunami, biasanya siaran televisi selalu menampilkan peta titik pusat gempa dan zonasi kerawanan yang dihasilkan. Sadarkah Anda bahwa itu adalah bentuk SIG yang paling sederhana? Bedanya mungkin Anda harus repot meng-overlay parameter-parameter yang Anda gunakan pada ArcGIS, sedangkan BMKG mampu menghasilkan peta kerawanan dengan lebih cepat menggunakan alat yang canggih.




2. Tersesat? Google Map selalu setia mengirimkan posisimu
Saya bicara khusus pada pengguna smartphone. Internet yang ada pada device Anda dapat sesekali membantu memahami daerah Anda pada Google Map. Satelit tidak akan kehilangan posisi Anda di atas peta. Dengan fitur-fitur lain misalnya Latitude atau find nearest object pada Android, Google mampu mengarahkan Anda ke tempat tujuan.




3. Telinga langsung berdering saat news presenter mengatakan “NOAA”
Entah sudah berapa kali kata “NOAA” diucapkan seorang pembaca berita saat menceritakan peristiwa kebakaran hutan. Bagi seorang geodet, apalagi penggila citra satelit dan penginderaan jauh, kata itu pasti tidak asing di telinga. Dengarkan detail beritanya, mungkin Anda akan mendapatkan pengetahuan bagaimana NOAA dapat menentukan titik api.





4. Tertarik dengan kisruh perbatasan wilayah
Isu yang tidak akan pernah habis sampai kapan pun. Berita negeri kita bersitegang dengan tetangga-tetangga kita (khususnya Malaysia) seperti tidak akan surut. Baik kontinen maupun maritim, ada saja sengketa yang diributkan. Hal ini seharusnya menarik perhatian seorang geodet, karena kita belajar langsung teknik pengukuran batas wilayah.





Ya, hanya itu, dan mungkin Anda bisa kembangkan sendiri contoh-contoh yang lain. Geodesi menjadi tidak populer salah satunya mungkin karena orang Geodesi itu sendiri tidak mampu menjelaskan tugas utama mereka dalam membuat sebuah peta yang akurat dan estetik. Kita terlalu terperangkap dalam rumusan-rumusan yang rumit dalam pemetaan itu sendiri, hingga pada akhirnya tidak mampu menjelaskan kepada orang awam mengenai peranan kita dalam berbagai hal. Menyederhanakan cara bicara ketika kita menjelaskan mengenai teori spasial kepada orang awam adalah hal yang cukup sulit, namun ketika kita paham konteksnya, itu sangat mungkin untuk dilakukan. Tentunya kita sendiri yang bangga bukan, jika bidang keilmuan kita makin sering disebutkan dan dimengerti banyak orang?


Ini cuma beberapa contoh saja. Saya sendiri pun belum tentu bisa setiap saat melakukannya, kita sama-sama belajar. Yang penting, selalu kembangkan rasa ingin tahu, lihat keadaan sekitar, dan coba pikirkan masalah tersebut dari sudut pandang geospasial. Jika Anda hebat, bisa jadi Anda punya solusinya. Jika tidak, berpikir itu lebih baik daripada tidak sama sekali.


Teknik Geodesi


Apa Itu Teknik Geodesi ?
Teknik Geodesi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang bentuk dan ukuran bumi baik di daratan maupun di lautan serta penggambaran rupa bumi atau yang lebih dikenal dengan pemetaan. Dalam bahasa yang berbeda, Teknik Geodesi merupakan cabang dari matematika terapan yang melakukan pengukuran dan pengamatan posisi yang pasti dari titik-titik di muka bumi serta ukuran dan luas dari sebagian besar muka bumi, bentuk dan ukuran bumi, dan variasi gaya berat bumi. Namun kini perkembangan teknologi komputer digital membuat Teknik Geodesi berkembang ke arah Geomatika/Geoinformatika, yang mengacu kepada pendekatan terpadu dari pengukuran, analisis, pengelolaan, penyimpanan serta penyajian deskripsi dan lokasi dari data yang berbasis muka bumi (umumnya disebut data spesial).


Apa yang Dipelajari di Teknik Geodesi ?
Dalam Teknik Geodesi mahasiswa akan belajar mendeskripsikan permukaan bumi dan laut secara grafik, digital, atau yang lainnya mengenai sumber daya dan lingkungannya. Bidang-bidang yang akan dipelajari pada teknik geodesi antara lain survey dan pemetaan, geodesi, kadastral/pertanahan, geomatika, dan kelutan. Untuk menunjang semua kurikulum yang ada pada teknik geodesi, maka seorang mahasiswa Teknik Geodesi harus memiliki kemampuan antara lain menyukai perhitungan dan analisa, menyenangi komputer, dan menyukai pekerjaan di lapangan.


Prospek Lulusan Teknik Geodesi
Lulusan Teknik Geodesi mampu menerapkan dan mengembangkan iptek yang berbasis pada peralatan modern geodesi dan geomatika, seperti melakukan survey, remote sensing, pengukuran variabel geodesi dan geomatika dan mengolah data informasi kebumian untuk kepentingan pemetaan dan penyusunan sistem informasi.


Lulusan Teknik Geodesi menjadi pionir dalam survey investigasi suatu proyek/pekerjaan sipil skala besar maupun kecil, misalnya pembukaan penambangan migas di darat/hutan atau di lautan samudera, infrastruktur jalan, irigasi, gedung-gedung, jaringan rel KA, bandara dan lain-lain. Umumnya setiap pekerjaan sipil sederhana (skala besar/kecil) menyangkut dengan permukaan bumi baik kedalamannya (galian) maupun ketinggiannya (timbunan) melibatkan bidang ini atau tim surveyor geodesi. Secara garis besar, lulusan Teknik Geodesi dapat bekerja di berbagai bidang yaitu :


  1. Lembaga Pemerintahan (Badan Pertanahan Nasional, Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Bappeda, Departemen Pertambangan dan Energi, Departemen Kehutanan, Departemen Perhubungan, Kimpraswil, Departemen PU, Bappeda, Bappenas, Pertambangan, BPN, Bakosurtanal, Lembaga Riset (BPPT, LIPI), dan lain-lain).
  2. Industri Swasta (Surveyor Indonesia, PT Aneka Tambang, PT Timah, Freeport, Pertamina, Caltex, Total Indonesia, Slhumberger, Kontraktor Bangunan (WiKa, Konsultan Teknik, dan lain-lain).



No Religion, No Discrimination, No Racism, No Casteism, Just Humanism
just make the biggest joke of the day


Namun yang terpenting adalah, semua jurusan itu baik dan bagus, hanya saja kita harus mampu mengetahui dimana jati diri kita sebenarnya, seekor anak rajawali bisa menjadi seekor harimau asalakan dia percaya dia seekor harimau. Demikian juga kita, mampu menempatkan diri kita ke tempat yang lebih baik dan percaya bahwa kita bisa dan menekuni dengan kesungguhan hati.

semua jurusan itu bagus dan ada karena di butuhkan untuk kedepanya, sesuain aja dengan minat,bakat atau cita-cita... 
BERIKAN KOMENTAR ()