-->

ALASAN NAIK GUNUNG




                Sehari setelah turun Gunung Prau, tepat di sebuah tempat makan, ada teman yang nanyain beginian, “Bang, baru naik gunung ya? Pasti capek ya bang, untuk apa sih naik gunung”?. Penggalan pertanyain terakhir membuatku sejenak untuk merenung. Memang benar, orang pasti bertanya dengan pertanyaan yang sama. Untuk apa naik gunung? Atau bila kita ingin menjawab, kalimatnya demikian: Alasan naik gunung. Nah, melanjut percakapan tadi, aku langsung jawab, “Naik gunung itu sebenarnya kesenangan tersendiri, naik gunung itu udah jadi hobilah”. Dilain waktu dimensi yang sama tepat setelah turun gunung dari Gunung Ungaran di sekitaran basecamp Mawar, seorang ibu yang berjualan makan disitu tepat setelah saya selesai  makan, mengajukan pertanyaan yang sama. “mas, apa sih yang dicari digunung itu, kok sering naik gunung, apa gak capek mas-nya”?. Dengan kondisi yang sama, termenung sejenak dan berkesimpulan sementara, kalau ibunya pasti sudah tahu jawabannya, karena ibu penjaga warung tersebut dulunya pernah dan sering mendaki Gunung ungaran tersebut saat masih muda(setelah percakapan lama dengan ibu tsb).
                Melanjut alasan yang kurang memuaskan itu, alasan yang sebenarnya mungkin bisa kita dapat saat mendaki gunung. Kadang orang berpikiran bahwa mendaki gunung adalah suatu hal atau pekerjaan yang sisa – sia, gak berguna, kurang kerjaan atau kalau kata mama dirumah saat kita masih kecil yang kerjaan kita hanya main-main – “kayak gak ada lagi cucian di rumah”.  Fakta naik gunung itu sebenarnya capek, menguras tenaga, moril, dan materi. Memang benar demikian.
                Ada sebagian orang mengambil kesimpulan pendaki gunung itu hanya untuk mengambil foto di puncak biar kelihatan berkelas, mengoleksi peralatan atau gear yang bermerk, atau hanya sebagai penikmat alam. TIDAK. Itu hanyalah sampingan dan sebagai pendukung saat pendakian gunung. Sebenarnya mendaki gunung itu pembentukan pribadi yang bukan hanya sekedar sementara namun pembetukan pribadi yang mempunyi pemahaman, sikap terhadap keindahan dan kekayaan alam yang telah diberikan Tuhan untuk kita. Pemahaman dan sikap ini terwujud dalam aksi yang dapat direalisasikan dalam kehidupan keseharian diluar pendakian.


                Alasan mendaki gunung itu sangat banyak, yang jelas termasuk dalam kepribadian, jiwa, dan hidup ialah "Agar kita bisa berdiri di atas semua persoalan, dan memandang segala sesuatunya dengan lebih jelas". Mengapa saya mengatakan metafora yang demikian, terutama pada saat mendaki untuk sampai di puncak suatu gunung, itu karena seorang pendaki memerlukan tenaga, sikak gagah berani, berkarakter pemimpin, peduli dan bijaksana. Itu merupakan suatu persoalan yang bisa ditemukan saat start dari awal melangkah kita sampai tangan tidak mempunyai gengaman akhir dipuncak.
Karakter seseorang akan terlihat saat dia mendaki gunung. Karena mendaki gunung itu seperti kehidupan.

- seorang yang mudah mengeluh akan sering mengeluh saat mendaki
- seorang yang penakut akan terlihat banyak diam diatas sana
- seorang yang tidak mempunyai kepedulian akan egois diatas sana

dari situlah kita bisa melihat seseorang. Persoalan-persoalan itu kita bawa sampai puncak. Disanalah kita bisa berdiri diatas sikap kita itu, dan memandang segala sesuatunya dengan lebih jelas. Disinilah bisa terbentuk karakter seseorang saat mendaki gunung. Biasanya orang yang mendaki gunung karakternya bisa berubah kearah yang lebih baik lagi. Karena mendaki gunung tersebut memang seperti kehidupan. Kita membawa peralatan dan bekal (logistik) yang berat keatas melewati trek yang terkadang terjal, menurun, pepohonan tumbang, kerikil tajam, licin hingga kita bisa hampir menyerah. Terkadang juga kita melewati jalan sempit dengan kiri kanan jurang, kita harus hati – hati melewatinya. Mampukah kita melanjutkan perjalanan atau menyerah memilih mundur dan turun dan pulang? intropeksi diri.
Alasan yang lebih kuat untuk mendaki gunung ialah menemukan jati diri dan memahami ciptaan Tuhan sangat mudah kita temukan diatas sana. Karena bagaimanapun juga gunung - -gunung menceritakan kebesaran dan kemuliaan Tuhan dan Cakrawala memberitakan pekerjaanNya.

DAN JANGAN PERNAH LUPA, TUJUAN MENDAKI GUNUNG IALAH UNTUK KEMBALI KE RUMAH. DAN ITULAH TUJUAN AKHIR.


Salam Lestari...


BERIKAN KOMENTAR ()